Home » , , , » Ini Dia Situs Megalith Gunung Padang

Ini Dia Situs Megalith Gunung Padang

Written By Kampus Kita Oke on Minggu, 19 Januari 2014 | 00.09

Oleh NANIK ANDRIYANI

SUATU saat di salah satu stasiun televisi, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan memperkenalkan situs yang berada di Kabupaten Cianjur. Rasanya tempat itu sudah tidak asing bagiku, yang berdomisili di Sukabumi. Ketika pergi kuliah ke Bandung, aku sering melewati jalur tersebut. Dari pinggir jalan raya Gekbrong, terdapat tulisan “Situs Megalith Gunung Padang 20 Km.” Seketika hati ini tertantang untuk menginjakkan kaki ke sana, hingga akhirnya dengan penuh rasa penasaran aku pun pergi berdua bersama temanku.
Situs Megalith Gunung Padang merupakan salah satu peninggalan manusia purba. Konon menurut para arkeolog, situs ini sudah berusia sejak 4700 SM. Kawasan ini terletak di Kampung Cimanggu Desa Karya Murti Kec. Cempaka Kab. Cianjur, Jawa Barat. Orang pertama yang menemukan situs ini ialah seorang  arkeolog Belanda, tahun 1914. Tahun 1978, warga setempat menginformasikan ke pemerintah Cianjur. Sejak saat itu, pemerintah mulai memperhatikan pelestarian Gunung Padang ini. Tempat ini dulunya hanya hutan yang dipenuhi semak belukar, tapi kini menjadi bersejarah.
Kami melakukan perjalanan ini dengan sepeda motor supaya cepat menempuhnya. Menuju lokasi, kami memerlukan waktu 45 menit atau berjarak sekitar 20 KM. Jalan cukup bagus. Kontur jalan relatif banyak tikungan, karena memang merupakan daerah pegunungan. Di KM 14 memasuki Kp. Cibeber, kami disuguhi perkebunan teh yang sangat indah dan udara sejuk yang begitu menusuk kulit. Jangan takut untuk melalui tempat ini, soalnya masih banyak rumah penduduk dan pemetik teh.
Sesampainya di lokasi, kamia bertemu dengan juru kunci yang juga bertugas sebagai tour guide. Hanya dengan seribu rupiah kita dapat masuk menyusuri Gunung Padang. Dengan tarif begitu murah, banyak wisatawan berkunjung ke tempat ini. Menurut penduduk setempat, ada 3 tujuan wisatawan mengunjungi tempat ini, yakni ziarah, berwisata, dan penelitian.
Sabtu dan Minggu, tempat ini selalu ramai, sampai-sampai tempat parkir tidak cukup menampung. Jalan yang sempit menghadirkan kemacetan untuk mengakses jalan menuju tempat situs. Jadi, kalau mau puas datangnya hari-hari biasa saja, dijamin puas sekali rasanya menikmati indahnya Gunung Padang.
Perjalanan dimulai dengan menaiki anak tangga. Terdapat dua jalan alternatif, jalur cepat dan santai. Untuk jalur cepat, diperkirakan jarak ditempuh sekitar 130 meter, dan jalur santai 180 meter. Ketika sampai di atas, ternyata puncak Gunung Padang merupakan atap sebuah bangunan. Menurut para ahli, di bawah Gunung ini masih banyak ruangan yang belum terdeteksi. Jenis batu unik berbentuk balok juga menjadi daya tarik wisatawan. Jika dilihat struktur dan warnanya yang abu, batu ini tergolong batu andesit, batuan yang dihasilkan dari pendinginan larva setelah adanya gunung meletus.
Para peneliti sudah menggali sedalam 20 meter, yang harusnya bisa lebih. Hal ini dikarenakan pipa yang digunakan kurang panjang, jadi terhenti pada 20 meter. Rating Gunung Padang sekarang menduduki peringkat ke-1 atau ke-2 di dunia, sebagai situs tertua mengalahkan situs yang ada di Peru dan Mesir. Situs megalith ini juga menjadi situs terbesar se-Asia Tenggara.

Serba Lima di  Gunung Padang
Bila diamati, angka lima memang sesuatu yang amat bernilai. Misalnya rukun Islam ada lima, pancasila, jari tangan kita, dan masih banyak lagi. Begitu pun yang ada di Gunung Padang ini. Keistimewaan serba lima menjadi daya tarik, di antaranya gunung ini mempunyai lima teras dan undakan. Undakan terlihat baik dari kiri atau kanan, maupun di tengah ruangan, masing-masing berjumlah lima. Hal ini membuat pengunjung terkagum-kagum.
Menurut pengelola wisata, Abah Nanang (39), tiap teras mempunyai nama dengan filosopinya masing-masing. Untuk teras pertama ada Eyang Pamuka Lawang, yang melambangkan ucapan selamat datang. Bila dikaitkan dengan ajaran Islam, sama halnya ketika seseorang baru memeluk Islam, maka dianjurkan mengucapkan dua kalimat syahadat. Selain itu, terdapat Gunung Masigit, yang berarti pembuka mesjid untuk tempat beribadah nenek moyang kita.
Teras kedua disebut Mahkota Dunya dan pembatas berupa batu tapak Kujang (senjata tradisional Sunda) dan tapak kaki maung yang diartikan orang zaman dulu sebagai manusia tangguh. Jumlah tapak maung tersebut terdapat sembilan jari, melambangkan kekuatan Wali Songo. Mahkota Dunya simbol menjalankan harta di jalan Allah, seperti zakat, supaya harta yang kita miliki menjadi berkah.
Pada teras ketiga terdapat Keramat Nunggal. Keempat terdapat Batu Gendong. Menurut pengelola, siapa yang bisa mengangkat batu ini, berarti dia sudah membulatkan niatnya untuk segala sesuatu. Tentu yang paling utama dengan mengagungkan Yang Maha Tunggal. Terakhir  Batu Singgasana. Jika dapat menempuh semuanya, kita beristirahat dan jangan lupa tetap harus memohon doa kepada Yang Maha Esa.
Keunikan lain gunung ini, dikelilingi lima gunung, yakni Gunung Karuhun, Emped, Malati, Pasir Malang, dan Batu. Selan itu, Gunung Padang ini berorientasi ke barat laut, atau 5 derajat dari Lintang utara. Gunung ini juga menghadap ke 5 gunung yaitu, Gunung Batu, Pasir Bogor, Kencana, Gede, dan Pangrango. Mata air yang terdekat juga ada lima sumber.
Batu yang terdapat di Gunung Padang ini hampir 90% berbentuk segi lima. Biasanya alas atau muka berbentuk segitiga atau persegi, tapi di sini begitu berbeda. Menurut pemandu wisata Abah Nanang (39), sampai saat ini belum ada arkeolog manapun yang bisa memastikan dari mana batu-batu itu berasal. Entah dari letusan Gunung Gede atau manusia purba dulu yang membawanya dari suatu tempat, karena di sana tidak ditemukan lagi jenis batuan yang sama.
Jika kita tafsiran secara kasar, semua itu seperti terkait dengan jumlah jari tangan dan kaki yang masing-masing lima. Tingkatan kehidupan dari mulai alam ruh, rahim, dunia, kubur, dan akhirat. Dalam ajaran Islam dkenal rukun Islam yang jumlahnya ada lima yaitu, syahadat, shalat, zakat, puasa, dan naik haji.
Menurut Abah Nanang, saat dia mengenalkan situs Megalith kepada bu haji pemilik toko material di Sukabumi, bu haji itu terkejut. Setelah melihat foto yang dibawa Abah Nanang, bu haji bilang batu yang ada di situs mirip Jabbal Nur yang berada di Mekkah. Jabbal Nur berarti gunung bercahaya, sama seperti arti Gunung Padang. Dalam bahasa daerah, kata “padang” berarti terang. Jika diartikan, keduanya mempunyai arti yang sama. Subhanallah.

Prabu Siliwangi dan Manusia Purba
Di Gunung Padang ini, dulunya awal peradaban Sunda. Sunda di sini bukan berarti etnis atau golongan, tetapi suatu peradaban. Sunda dulu berarti Nusantara, bukan seperti sekarang yang terbatas hanya dengan menyebutkan Jawa Barat. Ini bukan lagi salah paham, tapi sudah berbalik paham salah. Ditilik lebih lanjut orang Sunda memang telah maju dari zaman dulu.
Sebenarnya, 4700 SM adalah waktu yang sangat lama, jika dibandingkan dengan Atlantis. Ternyata Sunda Land sudah maju terlebih dahulu. Peradaban maju telah teraplikasikan oleh zaman Prabu Siliwangi dan putranya Prabu Kian Santang atau Rohmat Suci. Konon katanya, Gunung Padang ini dahulu menjadi kerajaan Prabu Siliwangi. Seperti arti dari kujang sendiri adalah  “ku” yang berarti “oleh” atau dan “ujang” sebutan untuk anak lelaki, jika digabung menjadi “oleh kamu”. Kujang mempunyai pegangan, jadi dapat diartikan “peganglah kerajaan ini oleh kamu”. Ada sebagian yang berpendapat kerajaan ini diturunkan oleh Prabu Siliwangi untuk putranya Prabu Kian Santang.
Menurut penjual makanan, Abah Yanto (50), zaman dahulu tempat ini adalah pemukiman manusia purba. Batuan tersebut disinyalir dibawa manusia purba ke tempat ini, entah dari mana. Pada suatu saat, pasukan Prabu Siliwangi datang ke sini. Entah dengan kesepakatan atau pertempuran, akhirnya tempat ini menjadi milik Kerajaan Siliwangi. Tapi karena suatu hal--entah apa itu--pembangunan terhenti, maka terlihat sekarang seperti bangunan yang belum selesai.
Pendapat yang terlontar berbeda dengan Abah Nanang yang beranggapan bahwa ini memang bangunan yang sudah berdiri. Keadaan batuan yang berserakan mungkin karena dimakan usia. Entah mana yang benar. Wa’llahu’alam bisshowaf. Penasaran? Silakan, kunjungi saja situs bersejarah ini!
Sebagai generasi muda, harus bangga dengan sejarah nenek moyang, dan melestarikannya. Menyenangkan lho, hiking kaya gini, banyak ilmu alam yang akan kita dapatkan. Kekayaan alam ini belum seberapa, sepertinya masih akan terus ada peninggalan sejarah yang akan bermunculan.
Mencari fakta sejarah itu sungguh menyenangkan. Ketika kita tahu bahwa negara kita ini begitu banyak yang bernilai bersejarah, dari mulai bambu runcingnya dan keajaiban-keajaiban yang diakui dunia. Tentu kita akan bangga, begitu hebatnya nenek  moyang kita dahulu. Kita sebagai penerus, jangan hanya berdiam saja, bergerak menuju perubahan. 

Nanik Andriyani, Mahasiswa Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Populer

Komentar

Terbaru

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INI DIA OKE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger